Riwayat bacaan AL-QUR'AN

Sabtu, 16 Oktober 2010

Qodhi Jalaluddin Al-Bulqini berkat : "Bacaan Al-Qur'an itu terbagi menjadi 3 riwayat :
  1. Mutawatir, yaitu bacaan yang di-nuqil oleh orang banyak yang tidak mungkin mereka berkompromi untuk berbuat dusta dari sesamanya sampai akhir sanad. Sebagaimana Qiro'ah Sab'ah.
  2. Ahad, yaitu bacaan yang sah sanadnya tapi menyalahi tulisannya atau aturan bahasa Arab. Sebagaimana Qiro'ah tiga orang yang menyempurnakan Qiro'ah Asyroh, yaitu : Ya'qub, Abu Ja'far, Kholaf bin Hisyam.
  3. Syadz, yaitu bacaan yang sanadnya dhoif atau ghorib sehingga tidak masyhur, sebagaimana qiro'ahnya para Tabi'in, seperti : A'masy, Yahya bin Watsab, Ibnu Jubair. 
Lebih bagus lagi dalam pembahasan ini adalah kata Imam Qiro'ah di masanya, juga gurunya guru-guru kita : Abul Khoir Ibnul Jazary di awal permulaan kitabnya "An-Nasyr". Setiap bacaan yang cocok dengan bahasa Arab sekalipun dalam satu wajah yang Dhoif dan cocok sanadnya, maka merupakan bacaan yang sah tidak boleh ditolak dan tidak halal diinkari. Bahkan bacaan tersebut merupakan huruf tujuh (tujuh wajah) yang Al-Qur'an diturunkan dengan huruf tersebut dan wajib diterima oleh semua manusia baik dari Imam bacaan yang tujuh, sepuluh atau dari lainnya (Imam yang bisa diterima bacaannya). Ketika salah satu dari 3 sendi tadi cacat, maka bacaan tersebut dhoif, syadz atau bathal baik dari Qurro' Sab'ah atau atasannya. Kata Ibnu Jazary, ini adalah pendapat yang benar menurut
أئمة التحقيق من السلف والخلف
Mushhaf Utsmani artinya Mushhaf yang penulisannya diperintahkan oleh Kholifah Utsman. Jumlahnya ada 6.
  1. Untuk orang-orang Makkah
  2. Untuk orang-orang Syam
  3. Untuk orang-orang Bashroh
  4. Untuk orang-orang Kufah
  5. Untuk orang-orang Madinah secara umum
  6. Untuk dirinya sendiri yang dinamakan الامام
Menurut Qil ada 8 dengan menambahkan
  1. Mushhaf Bahrain
  2. Mushhaf yaman
Menurut Qil, Utsman mengirim  Mushhaf itu ke Mesir.

Kecocokan bacaan dengan tulisan itu ada 2.
  1. Cocok secara nyata, contoh ملك الناس
  2. Cocok secara kira-kira, contoh ملك يوم الدين
 {معرفة الوقف والإبتداء} 

Mengetahui Wakaf dan Ibtida' adalah Fan yang penting, kerena dengannya makna al-Qur'an bisa diketahui. Ibnu Umar berkata : "Sungguh kita hidup baru sebentar, dan sungguh salah satu dari kita diberi iman sebelum Qur'an dan surat-surat sedang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, lantas kita belajar halal-haramnya, kata-kata yang diperbolehkan untuk diwakafkan sebagaimana kalian semua belajar Qur'an di hari ini. Dan sungguh di hari ini aku melihat banyak lelaki yang diantara mereka ada diberi qur'an sebelum iman sehingga membaca mulai dari awal hingga khatam tapi tidak mengerti perintah, larangan dan tempat-tempat yang boleh diwakafkan". Hadits tersebut menunjukkan bahwa, para Shahabat belajar waqof-waqof sebagaimana mereka belajar Al-Qur'an. Ibnu Anbary berkata : "Termasuk kesempurnaan belajar al-Quran adalah mengetahui waqof dan Ibtida'.
Allah berfirman :
وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
Artinya : "Perjelas Al Qur'an dengan sejelas-jelasnya"
الترتيل تجويد الحروف ومعرفة الوقوف
Tartil adalah memperbaiki huruf-huruf dan mengetahui waqof-waqof.
Termasuk fungsi mengetahui waqof ialah : karena tiada orang yang mampu membaca satu surat atau cerita (Qishoh) dalam satu nafas, sehingga wajib mengetahui waqof-waqof untuk ambil nafas. Karena pentingnya fan tersebut, maka para guru tidak berkenan meng-Ijazahi murid-murid yang belum mengetahuinya.
Dalam waqof ada 3 istilah :
1.      قطع yaitu memutus bacaan tanpa ada tujuan meneruskan.
2.      وقف yaitu memutus bacaan dalam masa yang cukup untuk ambil nafas.
3.      سكت  yaitu memutus bacaan tanpa ambil nafas. Akan tetapi saket ini dalam kategori washol.

Waqof ada 4.
  1.    تام: Suatu huruf yang bagus wakaf padanya dan memulai dengan huruf berikutnya. Dan tidak ada hubungan dengan huruf setelahnya. Wakaf ini adalah wakaf yang terpilih.
  2. كاف  : Sama dengan tam, tapi masih ada hubungan dengan huruf berikutnya. Wakaf ini hukumnya jaiz 
  3. حسن : Suatu huruf yang bagus wakaf padanya tetapi tidak bagus memulai dengan huruf sesudahnya. Wakaf ini sudah memberitakan arti yang dapat dipahami.  
  4. قبيح  : Yaitu wakaf yang darinya tidak dapat dipahami maknanya. Wakaf ini seharusnya ditinggalkan.  
Bagi para Qori' yang masih merasa kerepotan/kesulitan untuk mengetahui susunan kata/I'rob al-Qur'an, bisa berpegang dengan isyaroh yang dipergunakan untuk tanda waqof atau washol yang telah dipasang oleh ulama-ulama bacaan.

Sejarah pemasangannya :

{فائدة} ما اثبت فى المصحف الان من اسماء السور والاعشار شيئ ابتدعه الحجاج فى زمنه (قوله شيئ ابتدعه) كان القرأن  الذى كتب بأمر سيدنا عثمان رضى الله عنه يسمى مصحف الامام غير مشكول ولا منقوط وذلك لتيسير قراءته على الاوجه التى صح سماعها عن النبى صلى الله عليه وسلم  من القراآت  المتوترة  الموافقة لرسم الامام التى لا يتعارض معنى القرأن عليها كقوله تعالى :  وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا َتعْمَلُونَ، قرئ بالتاء وبالياء لكن لما دخل الاعاجم فى الاسلام وفشا اللحن فى الالسنة قام ابو الاسود الدؤلى بمهمة ضبطه فوضع للناس علامات فجعل الفتحة نقطة علوية والكسرة نقطة سفلية والضمة الى الجانب والتنوين، لكن هذه الطريقة لم تكن كافة للألسنة عن الخطأ فدعا ذلك الى نقط الحروف وشكلها وتقسم القران ليسهل حفظه فقام بذلك نصر بن عاصم والحجاج والخليل بن احمد الفراهيدى. ولم يزل الحفاظ والقراء يعتنون بالقران بالفصل بين ايته وبيان علامات الوقف والابتداء وغير ذلك مما يعين على احكام تلاوته (فيض الخبير ص 19-20)

Ulama' bacaan mempunyai beberapa pilihan dalam wakaf dan ibtida'
  1. Imam Nafi' memilih kesesuaiannya
  2. Ibnu Katsir dan Hamzah wakaf ketika nafas habis
  3. Ashim dan Kisai wakaf pada sempurnanya kalam
  4. Ibnu Amr bersandar pada akhir ayat. Dan dia mengatakan "ini yang saya gemari".
Sebagian  ulama ada yang mengatakan sunat wakaf pada akhir ayat, berpegang pada hadits Imam Baihaqi

عن أم سلمة ان النبي صلى الله عليه وسلم كان اذا قرأ قطع قراءته اية اية يقول بسم الله الرحمن الرحيم ثم يقف الحمد لله رب العالمين ثم يقف الرحمن الرحيم ثم يقف.

Menurut Imam Ashim bahwa hadits tersebut bukan untuk menjelaskan wakaf, tetapi Rosululloh SAW mengajarkan Fatihah kepada Shahabat bahwa berhentinya itu berupa akhir ayat.

sumber : Bpk. Moh. Irsyad

Tidak ada komentar: