kaidah tajwid

Sabtu, 16 Oktober 2010

V
الحمد لله الذى انزل القرآن وشرفنا بحفظه وتلاوته وتعبدنا بتجويده وتحريره وجعل ذلك من اعظم عبادته. فطوبى لمن اعرض عن كل شاغل يشغله عن تدبره ودراسته مع رعاته ادابه الظاهرة والباطنة والقيام بحرمته وجلالته فهو كتاب كريم لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد الذى ارسل به لهداية امته وعلى آله وصحبه الذين ملأ الله قلوبهم بمعرفته ومحبته فنهضوا بالارشاد والافادة لخدمته. اما بعد.

Sesungguhnya mencurahkan upaya untuk hidmad kepada Kitab Allah itu merupakan amal pendekatan kepada Allah yang sangat besar dan amal yang menyelamatkan diri juga sebaik-baik simpanan untuk hari kelak dimasa nampak jelas antara orang-orang yang beruntung dari orang-orang yang sama rugi.

Sebagaimana keterangan dalam hadits-hadits yang sering kita terima. Oleh sebab itu maka orang-orang yang menghafal Al-Qur'an, mengkaji, memperdalam, mengajarkan, mengamalkan, membaca dan menjaga hak-haknya adalah ahli Allah, pilihan-Nya dan semulya-mulya umat. Mereka mempersiapkan diri mencari bekal dari dunia yang fanak ini sebelum meninggalkannya.

Alangkah mulyanya ilmu yang sanadnya sampai kepada Allah Sang Pencipta alam semesta lewat Jibril dan Muhammad Sayyidul Ambiya'. Alangkah besarnya nikmat orang-orang yang bisa berupaya dan memiliki ilmu tersebut. Tetapi anehnya balak yang timbul di kalangan kita. Diantara kita banyak yang memberanikan diri untuk mengajarkannya sebelum mendalami dan mengkukuhkan ilmu-ilmu yang mereka butuhkan, yaitu : shoheh – saqimnya, mutawatir – syadznya, wajah yang halal dibaca – tidak halalnya. Bahkan diantara mereka meyakinkan bahwa semua yang mereka jumpai dari kitab-kitab Qiro'ah itu shoheh. Padahal semestinya tidak seperti itu.

Diantara hal-hal tersebut yang penting adalah mentajwidi Al-Qur'an yaitu memberi hak-hak huruf, mentertibkan, mengembalikan huruf pada makhroj dan asalnya serta memperlambat ucapan sesuai dengan keadaan yang sempurna tanpa berlebihan dan mempersulit.

Para ulama menilai bacaan yang tidak ditajwidi itu lahen. Sedang lahen itu ada dua; 
  • Lahen Jaly, yaitu kekeliruan/kesalahan yang sangat nampak yang timbul pada lafadz yang bisa diketahui oleh orang-orang ahli bacaan maupun tidak ahli, seperti kesalahan dalam I'rob.
  • Lahen Khofi, yaitu kesalahan yang hanya bisa diketahui oleh ulama' bacaan dan ulama ada' (mentashhih bacaan pada guru)
Ibnul Jazary Abul Khoir Muhaqqiqil Mutaachirin fi ilmi qiroah mengatakan : "Saya mengetahui puncak tajwid sebagimana melatih lidah dan mengulang-ulang lafadz yang telah diterima dari mulut orang bagus bacaannya.

والاخذ بالتجويد حتم لازم         من لم يجود القرآن اثــــم                   لانــــه بــــــه الالـــــه انـــــزل  وهكــــــــــذا منــــه الينا وصـلا
وهو ايضا حليــة التــــــلاوة      وزينـــة الاداء والــقراءة                   وهو اعطاءالحروف حقها         من صفـــــة لـــــها ومستحقــــها
ورد كل واحد لأصلــــــــه        واللفظ فى نظره كمثــله           مكملا من غير ما تكلف باللطف فى النطق بلا تعسف
وليس بينه وبين تركــــــــه       الا ريــــاضة امرئ بفكه

Apabila pembaca sudah bisa membaca setiap huruf sesuai dengan batas-batas dan hak-haknya, maka hendaknya mempraktekkan bacaan tersebut ketika huruf-huruf tadi tersusun dengan huruf-huruf lainnya. Sebab akan timbul dari huruf yang tersusun suatu bacaan yang ketika huruf itu berdiri sendiri tidak timbul. Adapun timbulnya bacaan tersebut sesuai dengan huruf-huruf yang menyertainya (sejenis berdekatan, kuat-lemahnya, tebal-tipisnya), sehingga huruf kuat bisa menarik huruf lemas dan yang tebal mengalahkan huruf tipis. Hal seperti ini menyulitkan lidah untuk mengucapkan secara benar, kecuali dengan latihan yang sungguh-sungguh.
 قال علم الدين فى التجويد :
لا تحسب التجويد مدا مفرطا               او مد ما لا مد فيه لوان  اوان تشــــــــدد بعد مد همــــزة اوان تلوك الحرف كالسكران
اوان تفــــــوه بـــــهمزة متهوعــــــا      فيفرسا معها من الغثيان للحرف ميزان فلا تك طاغيــــا فيـــــــه ولا تك مخسر الميزان
فاذا همزت فجئ به متــــــــلطفا           من غيرما بهر وغير توان       وامدد حروف المدعندمسكن      او همزة حسنا اخا احسان

Nabi bersabda : Terfitnah hati orang-orang yang membaca lahen dengan suara penyanyi dan hati orang-orang yang mengaguminya. Diantara bid'ah mereka adalah : 
  1. Tar'id, yaitu menggetarkan suara seolah-olah gitar karena kedinginan atau sakit. 
  2. Tarqish, yaitu menyenderungkan sukun terhadap huruf mati kemudian melarikan beserta harokat seolah-olah gugup. 
  3. Tathrib, yaitu menyanyikan Al-qur'an kemudian memperpanjang di tempat pendek atau memperpanjang yang tak pantas.
sumber : Bpk. Moh. Irsyad

Tidak ada komentar: